FISIOTERAPI BEKASI -  Patah tulang atau tulang retak adalah salah satu cedera yang dapat terjadi pada anak-anak hingga orang dewasa. Dalam banyak kasus, masalah tulang ini bisa sembuh sepenuhnya. Kebanyakan kasus patah tulang mendapat penanganan berupa gips, bidai, atau intervensi operasi agar tulang tidak bergeser sehingga tak menimbulkan rasa sakit serta melindungi tulang selama masa penyembuhan. Prosedur tertentu, termasuk bedah, untuk mengembalikan posisi tulang yang patah kadang diperlukan.



 Manajemen Rehabilitasi Medik untuk Patah Tulang

Penyebab patah tulang bermacam-macam, mode cidera tersering adalah oleh karena benturan pada bagian tubuh tertentu. Insiden ini bisa terjadi saat berolahraga,kecelakaan, atau bahkan aktivitas rutin sehari-hari. Namun risiko paling besar ada pada penderita osteoporosis. Sebab, tulangnya lebih rapuh sehingga lebih rentan patah. Kebanyakan penderita osteoporosis adalah orang dewasa, terutama yang berusia lanjut.

Manajemen Rehabilitasi Medik merupakan kerjasama tim dari dokter spesialis Rehabilitasi Medik, fisioterapi, serta okupasi terapi. Pada penderita patah tulang yang dapat terjadi pada anggota gerak atas dan atau bawah memerlukan bantuan untuk kembali melakukan aktifitas fisik sehari-hari. Maka dari itu, diperlukan penanganan rehab medik yang baik.

Tujuan Penanganan Rehabilitasi Medik

Manajemen Rehab Medik akan dilakukan setelah patah tulang tersebut stabil (misal, nyeri tertangani, setelah dilakukan operasi). Dokter Rehab Medik melakukan penilaian terhadap keadaan pasien, menentukan daftar masalah kemudian menentukan terapi apa saja yang diperlukan bagi pasien tersebut. Tujuan terapi pada patah tulang termasuk:

·         Membantu penyembuhan patah tulang

·         Mengurangi rasa sakit / bengkak

·         Mempertahankan/meningkatkan kekuatan otot

·         Mempertahankan/meningkatkan jangkauan gerakan sendi di area tulang yang patah

·         Dapat kembali ke aktivitasi sehari-hari dengan mandiri 

Jenis Terapi untuk Penderita Patah Tulang

Penilaian dokter tergantung pada fungsi yang terganggu pada penderita patah tulang tersebut. Patah tulang dapat terjadi pada anggota gerak atas atau pada anggota gerak bawah atau keduanya, juga dapat terjadi pada tulang belakang sehingga dapat mengganggu fungsi dari aktivitas sehari-hari pasien tersebut. Apabila patah tulang terjadi pada anggota gerak atas dan atau tulang belakang, apakah ada masalah saraf atau otot yang robek yang dapat mengganggu fungsi tangan. Apabila pada angota gerak bawah, seberapa banyak mengganggu fungsi berjalan. Oleh karena itu jenis terapi yang dapat dilakukan antara lain:

·         Terapi fisik

Terapi ini dapat membantu pasien meningkatkan fungsi mobilitas. Jika patah tulang anggota gerak bawah, serangkaian latihan dapat menolong pasien agar bisa kembali berjalan dengan baik. Termasuk menentukan apakah perlu memakai alat bantu dan alat bantu jalan apa yang cocok.

·         Modalitas

Penggunaan alat-alat tertentu dapat mengawali latihan dengan tujuan meringankan rasa sakit dan atau pembengkakan. Misalnya dengan stimulasi elektrik untuk membantu meningkatkan pengerahan otot. Terapi pasif ini biasanya dikombinasikan dengan terapi fisik/latihan.

·         Terapi okupasi

Terapi okupasi berorientasi pada kemampuan pasien saat melakukan suatu gerakan yang dilakukan sehari-hari. Seperti membuka botol, memegang pena, memgang sendok dan makan dengan peralatan makan tersebut.

Persiapan Sebelum Terapi

Sebelum dilakukan terapi, penting untuk berkomunikasi dengan dokter bedah yang melakukan tindakan pada pasien patah tulang. Edukasi mengenai program yang akan dilakukan wajib dilakukan kepada pasien. Sehingga pasien terinfo mengenai tahapan dan meningkatkan kepatuhan pasien saat melakukan terapi. Dokter akan menetapkan tujuan jangka pendek dan panjang yang ditetapkan bersama dengan pasien juga. 

Proses Terapi pada Pasien Patah Tulang

Proses terapi tergantung dari onset kejadian cidera, tindakan yang dilakukan oleh ahli bedah ortopedi / bedah saraf, penyakit penyerta pasien, tingkat kepatuhan dari pasien, serta kompensasi terapi pada pasien tersebut. Terapi akan berlangsung rutin dalam beberapa sesi. Pada fase akut, akan dilakukan untuk terapi untuk mengurangi pembengkakan, nyeri setelah tindakan, latihan menjaga kekuatan otot dan latihan lainnya yang diperlukan. Pada fase sub akut, dapat dilakukan terapi untuk peregangan otot, latihan luas gerak sendi, mengurangi nyeri, dan meningkatkan kekuatan otot. Pada fase kronik, akan dilakukan latihan yang diperlukan untuk kembali ke tujuan yang ditetapkan.

Risiko dan Efek Sampingnya

Segala tindakan memiliki risiko dan efek samping. Misalnya rasa nyeri, pegal, atau tidak nyaman pada area tubuh yang mendapat terapi. Kondisi kesehatan, usia, kebiasaan sehari-hari, dan aktivitas pasien juga mempengaruhi respons terhadap terapi. Tubuh pasien akan melakukan kompensasi setelah dilakukan terapi rutin.

Pasien perlu memberitahukan hal-hal yang bisa mempengaruhi terapi, misalnya jika sedang mengonsumsi obat atau suplemen tertentu. Begitu juga jika ada alergi atau sedang menjalani terapi medis lain.

Komunikasi adalah hal yang sangat penting antara dokter, terapi, dan pasien yang akan dilakukan terapi. Gejala yang dirasakan sebelum, pada saat dan setelah dilakukan terapi dapat menjadi pertimbangan bagi dokter dan terapis untuk mengubah, menambah terapi serta menilai tingkat kemajuan pasien. 

Perawatan Pasien Setelah Terapi

Pasien akan menerima panduan perawatan dan saran medis setelah menjalani terapi. Panduan dan saran ini perlu dipatuhi agar proses rehabilitasi berjalan sesuai dengan harapan. Pasien biasanya diminta tidak terlalu memforsir kerja tulang yang baru mendapat terapi selama beberapa waktu.

Pasien juga mungkin perlu menjadwalkan konsultasi dengan dokter rehabilitasi medis untuk menilai progres pemulihan pada tulang yang sebelumnya patah. Berdasarkan penilaian ini, dokter akan menentukan tingkat keberhasilan fisioterapi dan okupasi terapi serta tindakan apa yang perlu dilakukan untuk membantu perbaikan lebih baik.

 

Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: