FISIOTERAPI BEKASI - Berbagai masalah kesehatan mungkin terjadi pada lanjut usia atau lansia dari kebiasaan buruk dan tidak sehat. Sebagai contoh, kebiasaan merokok dan tidak menjaga pola makan sehat. Keluhan mengenai masalah kesehatan khas yang biasanya muncul pada lansia disebut sebagai sindrom geriatri. Apa saja masalah kesehatan yang biasanya muncul pada lansia dan bagaimana cara penanganannya? Simak ulasan lengkap berikut ini.
Sekilas info tentang sindrom geriatri pada lansia
Sindrom geriatri adalah kumpulan gejala atau masalah kesehatan pada lansia yang sering terjadi akibat berbagai penurunan fungsi tubuh dan kejiwaan. Tak hanya itu, sindrom geriatri juga bisa terjadi karena ada masalah sosial-ekonomi hingga perubahan drastis pada lingkungan sekitarnya.
Contoh yang paling umum adalah hilang nafsu makan pada lansia. Saat memasuki usia senja, nafsu makan memang sering kali menurun. Penurunan nafsu makan ini bisa dipicu oleh kondisi fisik yang melemah akibat proses penuaan. Contohnya, penurunan fungsi indera penciuman dan perasa atau masalah pada gigi lansia.
Hal tersebut dapat memicu lansia malas makan, karena baginya makanan tersebut terasa hambar. Namun, ini bisa juga terjadi karena faktor psikologis, seperti lansia yang tinggal sendiri atau lansia yang mengalami gangguan mental. Beragam faktor ini dapat menyebabkan lansia susah makan hingga mengalami anoreksia pada lansia.
Sindrom ini tidak bisa dianggap enteng, sebab bisa menimbulkan dampak kesehatan yang lebih serius. Contohnya, gangguan fungsi organ dan meningkatkan risiko kematian.
Berbagai masalah kesehatan yang muncul pada lansia
Sindrom geriatri atau geriatric problem adalah kondisi yang ditandai oleh sejumlah masalah kesehatan. Mulai dari gangguan fungsi kognitif, gangguan menjalani aktivitas sehari-hari, dan gangguan mobilitas. Ada enam kategori yang termasuk dalam sindrom geriatri, yaitu:
1. Mengalami penurunan kemampuan gerak
Salah satu sindrom geriatri yang cukup sering terjadi adalah penurunan kemampuan sistem gerak. Kondisi ini biasanya terjadi karena semakin minim aktivitas fisik yang dapat membuat lansia menggerakkan tubuhnya. Biasanya, ini terjadi karena lansia harus beristirahat di atas tempat tidur karena masalah kesehatan tertentu.
Jika tidak segera mendapatkan penanganan, kondisi ini bisa menyebabkan kondisi rentan jatuh pada lansia. Selain itu, kemampuan bergerak yang semakin menurun juga dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan lain. Salah satu contohnya adalah atrofi otot atau kelemahan yang terjadi pada otot.
Cara mengatasinya:
Anda bisa mengatasi penurunan kemampuan gerak pada lansia dengan menjalani terapi fisik atau fisioterapi. Jika lansia mau menjalani terapi secara rutin, kondisi ini mungkin akan membaik. Biasanya, lansia akan menjalani terapi fisik menggunakan alat pendukung untuk berdiri.
Dengan menggunakan alat tersebut, pasien yang mengalami sindrom geriatri ini akan lebih terbantu untuk belajar berdiri dan berjalan. Anda tidak perlu terburu-buru dalam menjalani proses terapi fisik ini. Hal yang terpenting adalah menjalaninya secara rutin agar progres atau hasil dari terapi ini menjadi maksimal.
2. Jatuh dan patah tulang
Sindrom geriatri selanjutnya adalah lansia yang terjatuh hingga patah tulang. Kondisi tersebut bisa terjadi karena banyak hal. Mulai dari masalah penglihatan, gangguan pendengaran pada lansia, dan refleks tubuh yang sudah tidak sebaik saat masih muda. Bahkan, lansia mungkin saja jatuh karena memiliki masalah pada keseimbangan tubuhnya.
Keseimbangan tubuh lansia bisa terjadi karena berbagai masalah kesehatan, seperti diabetes, penyakit jantung, atau gangguan tiroid, saraf, hingga pembuluh darah. Hal ini bisa menyebabkan trauma fisik maupun psikososial pada lansia, misalnya hilang rasa percaya diri, cemas, depresi, dan rasa takut akan jatuh lagi.
Cara mengatasinya:
Sebagai perawat lansia, Anda perlu memberi tahu tim dokter bila ada lansia yang mengalami sindrom geriatri dan pernah terjatuh karena kehilangan keseimbangan. Penanganan yang akan tim dokter berikan biasanya berupa olahraga untuk lansia dan fisioterapi yang bermanfaat untuk meningkatkan keseimbangan.
Tak hanya itu, tim dokter juga akan melatih untuk berjalan dan mencegah jatuh pada lansia. Namun, Anda juga harus membantu lansia untuk menghindari kebiasaan tak sehat, contohnya merokok atau mengonsumsi alkohol. Pasalnya, kedua hal tersebut dapat menurunkan massa tulang dan meningkatkan risiko patah tulang pada lansia.
3. Mengompol
Mengompol juga bisa menjadi salah satu sindrom geriatri yang terjadi pada lansia. Menurut National Institute of Aging, inkontinensia urine artinya ketidakmampuan untuk menahan keluarnya urine pada saat yang tidak tepat dan tidak diinginkan. Kondisi ini lebih sering terjadi pada lansia wanita.
Namun, kondisi ini tidak sesederhana itu. Pasalnya, inkontinensia urine ternyata dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Salah satu contohnya adalah dehidrasi, karena pasien cenderung mengurangi minum akibat takut mengompol.
Cara mengatasinya:
Untuk mengatasi salah satu sindrom geriatri pada lansia ini, dokter menyarankan agar lansia mengurangi konsumsi minuman berkafein, seperti teh dan kopi. Pasalnya, kedua jenis minuman tersebut dapat meningkatkan produksi urine. Meski begitu, lansia tetap harus rajin mengonsumsi air putih.
Dengan rutin mengonsumsi air putih, lansia telah memenuhi kebutuhan cairan hariannya sekaligus mencegah kemungkinan dehidrasi. Selain itu, Anda juga bisa mengatasi inkontinensia urine dengan mengonsumsi obat, stimulasi saraf, atau operasi. Akan tetapi, kondisi ini tetap perlu Anda konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.
4. Demensia
Sindrom geriatri berikutnya yang mungkin terjadi pada lansia adalah demensia atau penyakit pikun. Demensia meliputi penurunan fungsi kognitif, berkurangnya daya ingat, perubahan perilaku, dan masalah pada fungsi otak lainnya. Oleh sebab itu, demensia dapat mengganggu aktivitas sehari-hari lansia.
Kondisi ini dapat terjadi karena proses penuaan alami,
penyakit Alzheimer, atau stroke berulang. Namun, tak hanya
itu, demensia juga bisa terjadi karena trauma pada kepala, gangguan hormon,
malnutrisi pada lansia, dan lain sebagainya.
Cara mengatasinya:
Apabila ada anggota keluarga yang mengalami
kondisi ini, lebih baik cobalah untuk menjalani konseling. Biasanya, konseling
tidak hanya diikuti oleh lansia yang mengalami demensia, tetapi bersama dengan
anggota keluarga lain. Tujuannya, untuk memonitor kondisi pasien dan
mempertimbangkan penggunaan alat bantu mengingat.
Dalam proses ini, dukungan keluarga tentu sangat
bermanfaat untuk lansia yang mengalami sindrom geriatri ini. Oleh sebab itu,
jika Anda memiliki anggota keluarga yang mengalami demensia, dukunglah agar
kondisinya segera membaik. Dengan begitu, lansia bisa hidup lebih sehat dan
bahagia.
5. Delirium
Berikutnya, sindrom geriatri pada lansia ini adalah gangguan kemampuan mental yang biasanya menyebabkan kebingungan akut pada penderitanya. Saat mengalami delirium, lansia biasanya kehilangan kesadaran akan lingkungan sekitarnya. Kondisi ini biasanya muncul dalam waktu yang sangat cepat, bisa hitungan jam hingga hari.
Berbicara tidak jelas, gelisah, sulit mengalihkan perhatian, dan ketakutan adalah beberapa gejala dari delirium yang sering muncul pada lansia. Hal ini terjadi akibat adanya gangguan metabolisme pada otak. Kondisi tersebut terjadi karena ada gangguan metabolik, infeksi, trauma kepala, atau efek samping obat.
Cara mengatasinya:
Untuk mengatasi sindrom geriatri yang satu ini, penderita delirium dapat menjalani konseling dengan anggota keluarganya. Hal ini akan sangat bermanfaat untuk membantu lansia mengurangi kebingungannya. Sebagai contoh, dengan mengingatkan waktu dan tempat dari suatu kejadian tertentu.
Tak hanya itu, konseling juga bisa dilakukan dengan meningkatkan kontak dengan orang yang terlibat pada suatu kejadian tersebut. Selain itu, pada tingkatan yang lebih parah, dokter akan menyarankan lansia menggunakan obat-obatan untuk mengatasi kondisi ini.
Post A Comment:
0 comments: