FISIOTERAPI BEKASI - Pengobatan untuk mengatasi nyeri pinggang terus berkembang dari waktu ke waktu. Setelah laminectomy dan microdiscectomy yang telah dulu ada, kini dikenal pula prosedur Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy atau PELD yang juga bisa menjadi pilihan.
Bahkan, prosedur teranyar ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan jenis-jenis operasi terdahulunya. Apa saja keunggulan tersebut dan bagaimana prosedur ini dilakukan? Saya akan mengulasnya secara lengkap melalui penjelasan berikut.
Apa itu PELD?
PELD atau Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy adalah teknik operasi menggunakan endoskopi di tulang belakang bagian lumbal atau punggung bawah (pinggang).
Prosedur ini merupakan operasi minimally invasive di mana pembedahan hanya melalui sayatan kecil.
Pada PELD, dokter bedah menggunakan uniportal atau satu sayatan kecil untuk memasukkan alat endoskopi ke area lumbal.
Alat yang telah dilengkapi dengan kamera ini memungkinkan dokter untuk melihat kondisi tulang belakang melalui monitor serta melakukan tindakan pembedahan.
Pada orang dewasa muda, saraf terjepit sering terjadi karena Hernia Nucleus Pulposus (HNP), yakni kondisi ketika bantalan ruas tulang belakang bergeser dan menekan saraf.
Kondisi ini sering menimbulkan gejala nyeri pinggang yang menjalar hingga ke betis dan kaki.
Sementara pada orang yang lebih tua, lumbal spinal stenosis sering menjadi penyebabnya.
Apa kondisi yang membutuhkan operasi PELD?
Meski sering dilakukan pada kasus saraf terjepit, tidak semua penderitanya memerlukan tindakan pembedahan.
Apalagi, saraf terjepit pada umumnya bisa disembuhkan melalui tindakan konservatif tanpa operasi, seperti fisioterapi, obat-obatan, akupunktur, dan istirahat.
Kemungkinan seseorang sembuh dengan perawatan-perawatan tersebut pun cukup besar, yaitu mencapai 70-80 persen.
Meski demikian, ada kondisi tertentu yang membutuhkan tindakan operasi PELD ini.
Kondisi tersebut misalnya belum ada perbaikan gejala setelah 8-12 minggu melakukan perawatan konservatif atau adanya kondisi emergency yang terjadi akibat saraf terjepit tersebut.
Satu-satunya kondisi emergency yang dimaksud, yaitu adanya tanda-tanda cauda equina syndrome.
Pada kondisi ini, tidak hanya saraf sensorik dan motorik yang terjepit, tetapi juga saraf otonom di bagian lumbal yang mengontrol buang air kecil dan besar.
Akibatnya, penderita kondisi ini sering mengeluhkan ngompol atau buang air besar yang tak terasa.
Meski tak mengancam nyawa, kondisi ini bisa menjadi permanen dan dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya jika tak segera mendapat tindakan.
Adapun selain saraf terjepit, operasi endoskopi lumbal juga bisa dilakukan pada gangguan tulang belakang lainnya.
Berikut adalah beberapa kondisi lain yang memungkinkan untuk mendapat operasi PELD.
· Infeksi, seperti TBC tulang belakang.
· Nyeri punggung kronis akibat facet syndrome.
· Nyeri punggung bawah karena robeknya annulus.
Operasi PELD lebih unggul dari prosedur bedah lumbal lainnya
Tergantung kondisinya, operasi PELD dapat dilakukan dengan bius umum atau lokal.
Sebelum operasi, umumnya pasien perlu melakukan beberapa pemeriksaan, seperti tes laboratorium, MRI, konsul ke dokter anestesi, serta pemeriksaan jantung dan ke dokter penyakit dalam bila mendapat bius umum.
Adapun prosedur ini dilakukan dengan beberapa langkah.
Berikut adalah langkah-langkah proses operasi PELD untuk mengatasi nyeri pinggang akibat saraf terjepit.
· Pasien tengkurap, lalu mendapat bius lokal atau umum, tergantung kondisi pasien.
· Membuat sayatan sebesar 7-8 milimeter (mm).
· Memasukkan instrumen bedah berupa alat endoskopi yang sudah berisi fiber kamera.
· Proses bedah dikontrol dan dipantau melalui komputer dan layar monitor dengan pembesaran berpuluh kali lipat.
· Mengangkat atau memperbaiki ruas tulang belakang yang menjepit saraf.
· Luka ditutup dengan jahitan dan plester.
Tergantung kasusnya, operasi endoskopi lumbal ini bisa berlangsung selama 15-40 menit.
Adapun operasi ini sering menjadi perawatan one day care. Artinya, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah operasi.
Karena prosesnya tersebut, operasi PELD memiliki sejumlah keunggulan ketimbang prosedur bedah lainnya.
Berikut adalah beberapa keunggulan dan keuntungan yang bisa pasien peroleh dengan melakukan operasi PELD.
· Operasi dilakukan dengan menembus otot, tidak merobek otot yang bisa menimbulkan nyeri punggung pascaoperasi.
· Dokter mendapat visualisasi lebih baik melalui monitor, sehingga bisa memastikan apakah masih ada jepitan saraf dan mengontrol perdarahan.
· Luka bekas sayatan kecil dan nyeri pascaoperasi sangat minim.
· Perawatan sangat singkat karena umumnya hanya one day care.
· Pemulihan lebih cepat, bahkan pasien bisa langsung kembali beraktivitas atau bekerja setelah operasi.
· Saat operasi dengan bius lokal, dokter dapat langsung menanyakan ke pasien apakah gejala sudah menghilang.
· Tingkat keberhasilan operasi mencapai 90-95%, terutama bila diagnosis tepat.
Sayangnya, pasien perlu mempersiapkan dana lebih banyak jika ingin menjalani prosedur ini.
Pasalnya, biaya operasi PELD umumnya sedikit lebih
mahal ketimbang prosedur bedah lainnya. Namun, tentu ini setara dengan
keunggulan yang bisa Anda dapatkan.
Operasi PELD tak sebabkan kelumpuhan
Sebagaimana operasi pada umumnya, prosedur
endoskopi lumbal ini juga bisa menimbulkan sejumlah risiko.
Hanya saja, kemungkinan risikonya sangatlah kecil.
Bahkan, rasa nyeri dan perdarahan setelah operasi seringkali hampir tidak ada.
Hal yang paling penting, operasi PELD tidak
menimbulkan kelumpuhan sebagian badan seperti yang banyak orang khawatirkan.
Sebelum menjalani pengobatan ini, banyak pasien
yang mengeluhkan ke saya jika ia takut lumpuh setengah badan dan tak bisa jalan
setelah operasi.
Faktanya, operasi di bagian lumbal tidak mungkin
menimbulkan risiko ini.
Lain cerita jika operasi dilakukan di bagian tulang belakang lainnya,
terutama di servikal (leher) dan thorakal (punggung atas).
Jika terjadi cedera pascaoperasi di lumbal, ini
seringkali hanya menimbulkan sedikit kelemahan di bagian jempol atau
pergelangan kaki, tetapi pasien tetap bisa berjalan.
Sementara risiko saraf terjepit kembali terjadi
mungkin saja ada.
Apalagi, pasien yang pernah mengalami saraf
terjepit umumnya memiliki bantalan sendi yang tidak kuat karena faktor genetik.
Meski demikian, risiko ini bisa Anda kurangi
dengan melakukan perubahan pola hidup lebih sehat, seperti aktif bergerak
dengan berolahraga ringan, mengontrol
berat badan,
dan mengurangi kemungkinan cedera.
Oleh karena itu, bagi Anda yang mengalami keluhan
serupa, silakan berkonsultasi langsung dengan saya.
Post A Comment:
0 comments: