FISIOTERAPI BEKASI - Setiap tanggal 8 September, para praktisi fisioterapi sedunia merayakan World Physical Therapy Day atau yang biasa disebut sebagai PT Day. Hari ini menandai didirikannya World Confederation for Physical Therapy (WCPT) pada 1951 silam. PT Day menjadi momen bagi para fisioterapis dalam menggalang solidaritas, serta menunjukkan perannya di dunia kesehatan.
Setiap tanggal 8 September, para praktisi fisioterapi sedunia merayakan World Physical Therapy Day atau yang biasa disebut sebagai PT Day. Hari ini menandai didirikannya World Confederation for Physical Therapy (WCPT) pada 1951 silam. PT Day menjadi momen bagi para fisioterapis dalam menggalang solidaritas, serta menunjukkan perannya di dunia kesehatan.
Terdapat tiga poin penting yang dihadirkan dalam perayaan PT Day. Pertama, menampilkan peran penting profesi fisioterapi terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat global. Berikutnya yakni meningkatkan imej profesi fisioterapi, dan yang terakhir, menjalankan berbagai kampanye yang bertujuan untuk memberikan layanan terbaik bagi para pasien. PT Day menandai persatuan dan solidaritas yang terjalin di komunitas fisioterapi, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. WCPT memastikan untuk selalu memberikan dukungan terhadap para anggotanya di seluruh dunia untuk lebih giat dalam mempromosikan profesi fisioterapis dan memberikan pelayanan yang optimal.
Hal ini juga diungkapkan Ali Imron selaku Ketua Umum Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI). Baginya, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi fisioterapis di Indonesia yakni kurangnya kesadaran publik terhadap peran fisioterapi dalam kesehatan. Selama ini banyak yang mengira bahwa fisioterapis hanya berkutat di area pemulihan fisik. Padahal, sesuai dengan tema PT Day tahun ini, “Physical Therapy and Mental Health”, IFI juga ingin meningkatkan public awareness bahwa fisioterapi pun berperan penting dalam kesehatan mental.
Tidak hanya itu, Imron juga menuturkan, fisioterapis tidak hanya berkutat di lokasi praktiknya masing-masing, tetapi juga turut terjun dalam menangani berbagai momen besar, seperti yang terjadi baru-baru ini, yakni penanganan korban gempa Lombok dan perhelatan akbar Asian Games 2018. Dalam dua peristiwa besar ini, IFI menurunkan sejumlah anggotanya untuk berpartisipasi dan memberikan pelayanan.
“Di Lombok, kami menangani korban yang mengalami cedera, problem gerak, atau pasca-operasi. Fisioterapis yang berpartisipasi dalam penanganan korban gempa di Lombok datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk di antaranya dari Makassar berjumlah puluhan orang, termasuk mahasiswa. Sedangkan dari Lombok sendiri ada sekitar 40 fisioterapis yang ikut membantu,” papar Imron dalam wawancaranya, Jumat (7/9). Imron menambahkan, adanya bantuan dalam proses pemulihan fisik mampu mengurangi dampak tekanan psikis yang dialami para korban pasca terkena bencana alam.
Jika di Lombok para fisioterapis menangani proses penyembuhan korban gempa, lain lagi dengan keterllibatan mereka di lokasi pertandingan Asian Games 2018. Dalam ajang olahraga terbesar di Asia ini, puluhan fisioterapis dikirimkan untuk membantu proses pemulihan para atlet yang telah bertanding.
“Di Asian Games, kami mengirimkan sekitar 75 relawan ke Wisma Atlet untuk membantu tim medis dalam menangani atlet yang cedera,” ujar Imron.
Terdapat tiga poin penting yang dihadirkan dalam perayaan PT Day. Pertama, menampilkan peran penting profesi fisioterapi terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat global. Berikutnya yakni meningkatkan imej profesi fisioterapi, dan yang terakhir, menjalankan berbagai kampanye yang bertujuan untuk memberikan layanan terbaik bagi para pasien. PT Day menandai persatuan dan solidaritas yang terjalin di komunitas fisioterapi, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. WCPT memastikan untuk selalu memberikan dukungan terhadap para anggotanya di seluruh dunia untuk lebih giat dalam mempromosikan profesi fisioterapis dan memberikan pelayanan yang optimal.
Hal ini juga diungkapkan Ali Imron selaku Ketua Umum Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI). Baginya, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi fisioterapis di Indonesia yakni kurangnya kesadaran publik terhadap peran fisioterapi dalam kesehatan. Selama ini banyak yang mengira bahwa fisioterapis hanya berkutat di area pemulihan fisik. Padahal, sesuai dengan tema PT Day tahun ini, “Physical Therapy and Mental Health”, IFI juga ingin meningkatkan public awareness bahwa fisioterapi pun berperan penting dalam kesehatan mental.
Tidak hanya itu, Imron juga menuturkan, fisioterapis tidak hanya berkutat di lokasi praktiknya masing-masing, tetapi juga turut terjun dalam menangani berbagai momen besar, seperti yang terjadi baru-baru ini, yakni penanganan korban gempa Lombok dan perhelatan akbar Asian Games 2018. Dalam dua peristiwa besar ini, IFI menurunkan sejumlah anggotanya untuk berpartisipasi dan memberikan pelayanan.
“Di Lombok, kami menangani korban yang mengalami cedera, problem gerak, atau pasca-operasi. Fisioterapis yang berpartisipasi dalam penanganan korban gempa di Lombok datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk di antaranya dari Makassar berjumlah puluhan orang, termasuk mahasiswa. Sedangkan dari Lombok sendiri ada sekitar 40 fisioterapis yang ikut membantu,” papar Imron dalam wawancaranya, Jumat (7/9). Imron menambahkan, adanya bantuan dalam proses pemulihan fisik mampu mengurangi dampak tekanan psikis yang dialami para korban pasca terkena bencana alam.
Jika di Lombok para fisioterapis menangani proses penyembuhan korban gempa, lain lagi dengan keterllibatan mereka di lokasi pertandingan Asian Games 2018. Dalam ajang olahraga terbesar di Asia ini, puluhan fisioterapis dikirimkan untuk membantu proses pemulihan para atlet yang telah bertanding.
“Di Asian Games, kami mengirimkan sekitar 75 relawan ke Wisma Atlet untuk membantu tim medis dalam menangani atlet yang cedera,” ujar Imron.
Post A Comment:
0 comments: