FISIOTERAPI BEKASI -   Setelah mengalami stroke, Anda mungkin bisa pulih kembali seperti sedia kala. Namun, pada beberapa kasus tertentu, gejala stroke yang muncul akan terus berlanjut. Oleh sebab itu, pasca stroke, Anda mungkin harus menjalani terapi. Apa saja jenis dan pilihan terapi yang bisa Anda lakukan? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.


Pentingnya menjalani terapi setelah mengalami stroke

Tujuan dari menjalani rehabilitasi stroke adalah untuk mengembalikan kemampuan atau fungsi tubuh yang hilang akibat stroke. Terapi dan rehabilitasi dapat membantu Anda mengembalikan fungsi yang hilang saat otak mengalami kerusakan sekaligus meningkatkan kualitas hidup.

Hal ini tentu sangat penting untuk Anda agar tidak mengalami masalah kesehatan yang baru lainnya seperti pneumonia, infeksi saluran kencing, cedera karena jatuh, atau pembentukan gumpalan darah yang baru.

Namun, tingkat keparahan dari stroke yang dialami oleh masing-masing orang bisa sangat berbeda. Hal ini menentukan kemungkinan masing-masing pasien untuk mampu mengembalikan kondisinya. Dengan menjalani terapi, kondisi pasien sering kali jauh lebih baik dibanding yang memilih untuk tidak menjalaninya.

Saat menjalani terapi setelah stroke, faktor yang perlu diperhatikan adalah terapi ini harus dilakukan secara berkelanjutan dan fokus untuk melatih fungsi tubuh tertentu. Rehabilitasi ini mestinya fokus pada kondisi yang masih dialami oleh pasien, misalnya kelemahan, kekurangan koordinasi, kesulitan berjalan, kehilangan penglihatan, atau gangguan berbicara.

Berbagai pilihan terapi untuk pasien stroke

Berikut ini adalah beberapa pilihan terapi yang bisa dilakukan setelah mengalami stroke:

1. Terapi untuk meningkatkan kemampuan fisik

Terapi yang biasanya disarankan oleh dokter untuk para penderita stroke adalah fisioterapi, atau terapi fisik. Terapi ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik yang melemah atau berkurang semenjak mengalami serangan stroke.

Biasanya, terapi ini dilakukan dengan melatih kemampuan fisik atau kemampuan motorik pasien, seperti meningkatkan kekuatan otot dan koordinasi tubuh. Berbagai latihan yang dilakukan akan disesuaikan dengan kondisi pasien.

Sebagai contoh, jika stroke menyebabkan pasien mengalami kesulitan saat mengunyah makanan, latihan fisik akan fokus untuk melatih kemampuan untuk mengunyah makanan.

Namun, jika stroke menyebabkan sebagian tubuh mengalami kelumpuhan, latihan fisik akan difokuskan untuk meningkatkan kembali kemampuan dan variasi gerakan pada area tersebut.

Pada kasus tertentu, pasien mungkin akan diminta menggunakan alat bantu terlebih dahulu, seperti tongkat, walker atau alat khusus untuk membantu pasien berjalan, atau penggunaan kursi roda.

Ada juga alat yang disebut ankle brace atau penjepit pergelangan kaki. Alat ini dapat membantu pergelangan kaki untuk tetap stabil dan kuat dalam menopang massa tubuh saat sedang latihan berjalan kaki.


2. Terapi fisik dengan bantuan teknologi

Seiring dengan perkembangan teknologi, terapi fisik untuk stroke juga bisa dilakukan dengan bantuan teknologi. Biasanya, terapi yang satu ini memiliki banyak variasi, salah satunya dilakukan dengan cara menstimulasi otot yang lemah menggunakan kekuatan listrik.

Tujuannya untuk membuat otot tersebut berkontraksi sehingga dapat membantu mengembalikan kekuatan otot. Ada pula terapi menggunakan perangkat robotik yang dapat membantu bagian tubuh yang mengalami kelumpuhan untuk melakukan gerakan repetitif atau berulang.

3. Terapi kognitif dan emosi

Tidak semua pasien stroke mengalami gangguan pada fisiknya. Ada pula yang mengalami gangguan bicara, kesulitan memahami ucapan orang lain, dan sebagainya. Kondisi ini juga berpotensi menyebabkan mental pasien menjadi lemah.

Bisa jadi, pasien merasa sedih, putus asa, dan banyak hal lainnya. Oleh sebab itu, selain terapi fisik, pasien stroke juga membutuhkan terapi kognitif dan emosi untuk membantu meningkatkan kualitas hidupnya.

Terapi kognitif dapat membantu pasien stroke yang kehilangan kemampuan kognitif seperti mengingat, memproses informasi, mengambil keputusan, kemampuan bersosialisasi, untuk meningkatkan kembali berbagai kemampuan tersebut yang menurun karena stroke.

Pasien juga bisa menjalani terapi berbicara untuk mengembalikan kemampuan berbicara yang melemah. Tak hanya berbicara, pasien stroke juga dapat meningkatkan kemampuan mendengar dan menulis saat menjalani terapi ini.

Selain itu, pasien yang mengidap stroke iskemik dan stroke hemoragik mungkin membutuhkan bantuan untuk menguatkan kondisi psikologis yang mungkin ikut melemah karena mengalami stroke. Dokter mungkin juga akan merekomendasikan penggunaan antidepresan atau obat-obatan sejenis lainnya.


4. Terapi alternatif

Pada kasus tertentu, Anda mungkin lebih merasa nyaman jika menjalani terapi alternatif, seperti pijat, akupuntur, penggunaan obat-obatan herbal, atau terapi oksigen. Meski begitu, terapi ini masih banyak diperdebatkan, apakah benar bisa membantu pasien stroke dalam mengembalikan kualitas hidupnya.

Maka itu, sebelum menjalani terapi untuk stroke, pastikan bahwa dokter yang menangani Anda tahu rencana terapi yang hendak dilakukan. Selain itu, sebaiknya utamakan terapi yang disarankan oleh dokter Anda.

Faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan dari terapi stroke

Sebelum menjalani terapi stroke, ada baiknya jika Anda memerhatikan faktor apa saja yang dapat memengaruhi keberhasilan dari terapi ini. Di antaranya adalah:

·         Tingkat keparahan dari kerusakan pada otak yang dialami.

·         Usia pasien, di mana pasien anak-anak dan anak muda memiliki tingkat kesembuhan yang lebih besar dibanding lansia.

·         Tingkat kesadaran diri, pasalnya stroke dapat memengaruhi kemampuan orang untuk fokus dan mengikuti instruksi dengan baik.

·         Intensitas dari terapi yang dijalani.

·         Tingkat keparahan dari masalah kesehatan lainnya.

·         Kondisi atau tingkat keamanan di rumah pasien.

·         Kondisi atau tingkat keamanan di tempat kerja pasien.

·         Keluarga dan teman yang mau memberikan dukungan serta kerjasama untuk membantu keberhasilan pasien menjalani terapi stroke.

·         Waktu rehabilitasi. Biasanya, semakin cepat dilakukan, akan semakin baik.

Waktu dan tempat yang tepat untuk menjalani terapi stroke

Anda mungkin bertanya-tanya, kapan dan di mana terapi dan rehabilitasi bisa dilakukan. Biasanya, rencana pemulihan seperti menjalani rehabilitasi dan terapi untuk pasien stroke akan ditentukan dengan anggota keluarga terlebih dahulu.

Ada beberapa pilihan waktu dan tempat terapi yang disesuaikan dengan kondisi pasien.

Rehabilitasi rawat inap

Biasanya jenis rehabilitasi untuk pasien stroke yang satu ini dilakukan di rumah sakit yang memiliki unit khusus untuk fisioterapi bagi pasien-pasiennya. Jika harus menjalani rehabilitasi rawat inap, pasien mungkin akan diminta untuk opname selama 2-3 minggu untuk menjalani terapi stroke.

Terapi yang akan dijalani meliputi latihan intensif yang dilakukan kurang lebih tiga jam setiap harinya, selam 5-6 hari per minggu. Jika menjalani terapi pada rumah sakit dengan fasilitas terapi fisik yang memadai, Anda akan didampingi ahli terapi fisik dan berbagai ahli terapi lain yang lain dengan disesuaikan dengan kondisi pasca stroke.

Rehabilitasi rawat jalan

Rehabilitasi yang satu ini tidak mengharuskan pasien stroke untuk opname atau menginap di rumah sakit selama menjalani terapi stroke. Sama halnya dengan rehabilitasi rawat inap, rehabilitasi yang satu ini juga dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang lengkap.

Biasanya, pasien yang direkomendasikan untuk menjalani rehabilitasi rawat jalan hanya melakukan terapi stroke selama tiga hari dalam satu minggu. Meski harus menghabiskan waktu hampir seharian di rumah sakit, setidaknya pasien akan diperbolehkan pulang ke rumah setelah menyelesaikan sesi terapinya.

Akan tetapi, intensitas terapi stroke yang dijalani oleh pasien akan sama dengan pasien rawat inap. Hanya saja, kondisi pasien mungkin sedikit lebih baik sehingga diperbolehkan untuk menjalani terapi rawat jalan.

Terapi di panti rehabilitasi

Ada pula tempat khusus untuk menjalani rehabilitasi kesehatan, seperti panti rehabilitasi ini. Biasanya, panti rehabilitasi akan menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan pasien agar bisa menjalani terapi stroke dengan baik.

Tak hanya itu, Anda atau orang terdekat yang mengalami stroke juga diperbolehkan menginap selama menjalani terapi di sana. Di panti rehabilitasi kesehatan seperti ini, umumnya akan ada ahli terapi yang akan mendampingi Anda selama proses pemulihan pasca stroke.

Di samping itu, mungkin selama menjalani perawatan di panti rehabilitasi, dokter akan sesekali melakukan pemeriksaan dan memantau kondisi Anda selama menjalani terapi stroke.

Rehabilitasi di rumah

Bagi beberapa pasien, rumah adalah tempat terbaik untuk menjalani terapi stroke. Jika rumah dianggap aman dan memadai, dokter dan ahli terapi mungkin akan menyutujui permintaan Anda untuk menjalani rehabilitasi di rumah.

Selain kondisi dan lingkungan rumah, kondisi Anda juga akan menentukan apakah menjalani terapi di rumah merupakan solusi terbaik untuk kondisi kesehatan. Pasalnya, rasa aman dan nyaman yang dimiliki oleh pasien juga akan dikedepankan agar membantu proses pemulihan menjadi lebih cepat dan menyenangkan bagi pasien stroke.

Saat terapi stroke dilakukan di rumah, dokter dan ahli terapi mungkin akan mengunjungi Anda selama beberapa kali dalam seminggu untuk membantu selama proses rehabilitasi. Biasanya, terapi akan dilakukan sebanayk 2-3 jam setiap harinya.

Tim medis profesional yang membantu dalam terapi stroke

Dalam menjalani terapi stroke, tidak hanya dokter yang akan membantu Anda, tapi juga berbagai ahli medis profesional yang siap mendampingi dalam proses terapi. Di antaranya adalah:

1. Tim dokter

Tim dokter ini khusus untuk mendampingi Anda menjalani terapi, khususnya terapi fisik. Para dokter ini bertanggung jawab untuk mengatur dan mengontrol proses terapi pasien, khususnya terapi stroke jangka panjang.

Tim dokter juga akan merekomendasikan program rehabilitasi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Biasanya, yang termasuk ke dalam tim dokter ini adalah dokter ahli terapi dan pengobatan fisik, dokter ahli saraf, dokter penyakit dalam, dan ahli geriartri (dokter khusus untuk para lansia).

2. Suster pendamping

Suster pendamping saat proses rehabilitasi dapat membantu dan mendampingi pasien selama terapi fisik. Selain itu, biasanya suster yang akan memberikan berbagai informasi kepada pasien mengenai perawatan kesehatan secara rutin.

Di antaranya, memberitahukan kepada pasien kapan waktunya minum obat, dan bagaimana menjaga kesehatan kulit serta mengontrol masalah buang air yang biasanya dialami oleh pasien.

Tak hanya itu, suster juga akan mendampingi pasien dalam melakukan hal-hal sederhana. Contohnya, seperti saat hendak bangun dari tempat tidur dan duduk di kursi roda saat hendak menjalani terapi.

3. Ahli terapi fisik

Sedikit berbeda dengan dokter, ahli terapi fisik adalah orang yang akan mendampingi selama menjalani berbagai latihan fisik, seperti kemampuan motorik dan kemampuan sensorik.

Ahli terapi fisik ini yang akan membantu Anda mengembalikan fungsi tubuh dengan mengevaluasi dan memperbaiki masalah yang berkaitan dengan keseimbangan, gerakan, dan koordinasi tubuh.

Program terapi fisik pasca stroke yang akan dijalani berasama dengan ahli terapi ini biasanya termasuk latihan untuk kekuatan otot, meningkatkan koordinasi tubuh, dan meningkatkan variasi pergerakan dari pasien stroke.

4. Ahli terapi okupasi

Meski sama-sama membantu pasien dalam meningkatkan kemampuan motorik serta sensorik, ahli terapi okupasi tidak sama dengan ahli terapi fisik. Dalam proses terapi, ia akan membantu memastikan keamanan pasien dalam menjalani aktivitas selama periode pasca stroke.

Ahli terapi ini lebih fokus dalam melatih pasien melakukan hal-hal yang lebih spesifik. Contohnya, melatih pasien untuk menggunakan pakaian sendiri, menyiapkan makanannya sendiri, dan membersihkan rumah secara mandiri.

5. Spesialis terapi rekreasi

Ahli terapi ini akan membantu pasien stroke yang berbagai fungsi tubuhnya melemah atau berkurang agar bisa menggunakan waktu senggangnya untuk meningkatkan kesehatan, kemampuan melakukan berbagai hal secara mandiri, dan tentu saja, kualitas hidup.

6. Ahli terapi bicara

Pada beberapa kondisi, stroke dapat menyebabkan pasien mengalami kesulitan saat berbicara. Ahli terapi bicara akan fokus dalam membantu pasien untuk belajar berbicara. Selain itu, ahli terapi ini juga dapat membantu pasien untuk berkomunikasi dengan berbagai cara lain, jika bicara masih menjadi hal yang sulit dilakukan.

Pasien yang mengalami masalah saat mengunyah makanan juga akan dilatih untuk lebih mudah melakukannya oleh ahli terapi yang satu ini. Tak hanya itu, ahli terapi bicara juga mengajarkan kemampuan penyelesaian masalah dan bersosialisasi dengan orang lain yang mungkin berkurang akibat stroke.

7. Psikolog

Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, psikolog termasuk salah satu tim yang akan membantu proses pemulihan Anda dalam menjalani terapi stroke. Psikolog akan membantu pasien dalam menjaga kesehatan mental dan emosi serta menilai kemampuan kognitif pasien setelah stroke.

8. Ahli terapi vokasi

Ahli terapi yang satu ini mungkin diperlukan untuk membantu pasien dalam menentukan karir setelah mengalami stroke. Biasanya, ahli terapi yang satu ini dibutuhkan untuk pasien yang masih termasuk dalam usia produktif.

Ahli terapi vokasi mungkin akan menilai kemampuan dan kekuatan yang masih Anda miliki setelah mengalami stroke, dan membantu menonjolkan kemampuan tersebut dalam pembuatan resume.

Ahli terapi vokasi sebenarnya sama dengan konsultan karir, karena dapat membantu mengidentifikasi pekerjaan apakah yang masih sesuai dengan Anda setelah mengalami kondisi ini.

 

Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: