FISIOTERAPI BEKASI - Arti kata merdeka bagi setiap rakyat Indonesia tentunya sangat beragam, namun bagi insan fisioterapis yaitu merdeka untuk membuka praktik mandiri. Berbagai upaya terus dilakukan oleh individu maupun organisasi profesi agar dapat mewujudkan hal tersebut. Begitu pun dengan seorang sejawat fisioterapis muda dari ujung Timur Indonesia, Ftr. Ridzky Prasetyo.
Lulus dari pendidikan sarjana pada tahun 2018 dari salah satu universitas swasta di DI Yogyakarta, Ridzky kemudian memberanikan diri untuk menjadi komite medis di dbl Series Yogyakarta dibawah pengawasan fisioterapis senior. Berbekal pengalaman selama masa kuliah dan dengan pengalaman on field yang didapat dari kelompok belajar yang didirikannya, tim yang dikelola Ridzky pun sukses mendukung acara tersebut hingga dipercayakan untuk terus bergabung dalam kegiatan dbl Series Yogyakarta selama 3 periode.
Tak lantas berpuas diri dengan pencapaian yang dimilikinya, Ridzky pun terus mengasah ilmu dan keterampilan dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang profesi, serta mengikuti beberapa internasional course seperti fifa Diploma in Football Medicine dan Fundamental Pain Science. “Dengan terus mengasah ilmu, saya bisa menambah referensi keilmuan saya sebagai praktisi” ujar Ridzky.
Sayangnya, Ridzky sempat merasa perjalanannya menjadi fisioterapis olahraga profesional mengalami deselerasi ketika serangan pandemi Covid-19 menghantam Indonesia yang mengakibatkan banyak agenda olahraga terhenti. Beruntung, kecakapan Ridzky dalam mencari jejaring membuatnya mendapatkan dukungan dari senior dan fisioterapis dibawah naungan Physiolab untuk terus melanjutkan karir sebagai fisioterapis dengan melakukan pelayanan homecare.
Singkat cerita di akhir tahun 2020, Ridzky kemudian memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya di Merauke, Papua. Sesampainya di tanah Papua, Ridzky kemudian menyadari bahwa akses fisioterapi di daerahnya masih sangat minimal. “Bagaimana tidak (terbatas), layanan fisioterapi hanya terdapat di salah satu RS Daerah padahal terdapat 3 rumah sakit besar di daerah Merauke.” imbuh Ridzky
Dalam sebuah kesempatan, Ridzky yang tergabung dalam Perkumpulan Fisioterapi Indonesia (PERFI) Cabang Merauke yang merupakan pemekaran dari PERFI Papua, kemudian didapuk untuk dapat mengenalkan fisioterapi dan membahas mengenai peran latihan di masa pandemi melalui siaran radio nasional di Merauke. Tidak disangka, pada saat melakukan dialog interaktif tersebut, apresiasi masyarakat terkait profesi dan kebutuhan akan akses layanan fisioterapi ternyata sangat tinggi. “Bahkan banyak sekali yang ingin langsung berkonsultasi, bertanya dimana bisa mendapatkan layanan fisioterapi termasuk dimana tempat praktik saya.", ujar Ridzky. Namun, Ridzky yang kala itu itu tidak memiliki tempat praktik mandiri kemudian mengarahkan untuk datang ke rumah sakit yang mempunyai layanan fisioterapi dan memberikan kontak pribadi dirinya jika memang ada yang ingin ditanyakan lebih lanjut.
Setelah peristiwa tersebut, terbersit keinginan Ridzky untuk bisa memenuhi kebutuhan masyarakat terkait pelayanan fisioterapi, namun dirinya merasa belum siap karena tidak memiliki cukup pengalaman dalam manajemen praktik mandiri fisioterapi. Ridzky kemudian melakukan survei kepada orang-orang terdekat, berdiskusi dan mencari informasi mengenai aspek legal melalui platform Physiolaw, serta mengembangkan ilmu dengan bergabung dalam komunitas PhysioKita. Berbekal hal-hal tersebut, tumbuh rasa percaya diri Ridzky untuk membuka layanan praktek mandiri fisioterapi.
Post A Comment:
0 comments: