FISIOTERAPI BEKASI - Dalam hal keberpihakan terhadap lansia dan promosi gaya hidup aktif, kebijakan kesehatan di Indonesia sudah sesuai dengan isu dunia kebijakan kesehatan global. Sebagai bagian dari komunitas dan kesehatan di Indonesia, fisioterapi harus mampu berkontribusi sesuai lingkup kompetensi fisioterapi : 'gerak dan fungsi' dan keahlian fisioterapi : 'excercise expert'
FISIOTERAPI BEKASI - Fisioterapi mampu membantu proses penyembuhan pasca kecelakaan atau operasi, namun tahukah Anda bahwa fisioterapi juga mampu menekan penggunaan opioid?
Semakin cepat pasien berobat ke fisioterapis, lebih besar pula kemungkinan untuk tidak mengonsumsi opioid.
FISIOTERAPI BEKASI - ( Oleh: Wisnu Prasetyo Adhi, Ftr ) Peran utama fisioterapis sebagai bagian dari tim multidisiplin adalah untuk memaksimalkan kemampuan fungsional pasien sambil meminimalkan komplikasi sekunder yang ditimbulkan melalui gerakan.
Apa itu Penyakit Parkinson?
Penyakit Parkinson (Parkinson Disease) pertama kali diakui sebagai penyakit pada awal 1800-an oleh James Parkinson. Ini adalah gangguan neurodegeneratif kompleks yang menyebabkan gejala motorik dan non-motorik. Yang terakhir ditandai dengan gangguan dalam proses kognitif termasuk regulasi, perencanaan dan pelaksanaan perilaku. Ciri-ciri sebelumnya: bradikinesia, didefinisikan sebagai kelambatan gerakan dan terkait dengan gangguan basal ganglia,kelompok neuron yang terletak jauh di dalam belahan otak (tepatnya pada substansia nigra, sistem pada otak yang menghasilkan dopamine neurotransmitter); kekakuan/rigiditas, ditandai dengan peningkatan resistensi; dan gemetar/tremor saat istirahat/pasif.Penyebab dan Treatment untuk Penyakit Parkinson
Gejala Parkinson dianggap timbul/muncul karena hilangnya sel dopaminergik dalam “substantia nigra”. Penelitian belum menyimpulkan bagaimana kematian sel-sel yang memproduksi dopamin terjadi, bagaimanapun, diduga memiliki hubungan dengan faktor genetik dan lingkungan. Beberapa mutasi monogenetik kausatif telah dikaitkan dengan timbulnya penyakit parkinson. Meskipun, teori ini dianggap hanya menjelaskan sejumlah kecil kasus Penyakit Parkinson.Berdasarkan penelitian belum ada obat permanen untuk penyakit parkinson. Baik secara tradisional, obat-obatan, pembedahan dan terapi lain digunakan untuk meredakan gejala penyakit. Pada dasarnya, obat yang diresepkan untuk menghilangkan gejala adalah:
- Obat yang meningkatkan kadar dopamin di otak
- Obat-obatan mengubah bahan kimia otak lainnya di dalam tubuh
- Obat-obatan yang membantu dalam mengatur gejala non-motorik
Namun, karena penyakit parkinson adalah kelainan progresif, gejala motorik sering dapat memburuk di samping efektivitas obat yang diresepkan. Lebih lanjut, penggunaan jangka panjang dari obat antikolinergik spesifik dan agonis dopamin telah ditemukan untuk mengendapkan komplikasi motorik seperti gerakan tidak sadar dan fluktuasi respons.
Stimulasi otak dalam juga terbukti efektif dalam meredakan beberapa gejala yang dialami. Namun, untuk sebagian besar orang yang hidup dengan penyakit parkinson, diperlukan metode pengobatan tambahan seperti fisioterapi untuk membantu mobilitas dan meningkatkan kemandirian.
Untuk menargetkan berkurangnya gejala motorik dan non-motorik, fisioterapi sering ditawarkan kepada mereka yang menderita parkinson sebagai bagian dari pendekatan multidisiplin dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka yang hidup dengan penyakit parkinson ini. Ini dicapai dengan meningkatkan jangkauan gerakan dan kapasitas fisik dalam kegiatan sehari-hari melalui berjalan kaki, serta praktik kegiatan fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya para fisioterapis tidak melupakan faktor “bio-psychosocial” tiap-tiap individu penderita parkinson.
Fisioterapi Untuk Penyakit Parkinson
Secara umum, tingkat rujukan untuk Fisioterapi untuk penyakit parkinson (parkinson disease) masih rendah, namun, dalam beberapa tahun terakhir, tingkat rujukan telah meningkat baik di tingkat rumah sakit maupun klinik.Peran utama fisioterapis sebagai bagian dari tim multidisiplin adalah untuk memaksimalkan kemampuan fungsional pasien sambil meminimalkan komplikasi sekunder yang ditimbulkan melalui gerakan.
Fisioterapi sebagai pilihan treatment untuk parkinson berfokus pada transfer (berpindah tempat), perbaikan postur dan fungsi ekstremitas atas maupun bawah, keseimbangan dan kapasitas fisik serta aktivitas. Fisioterapis juga dapat menggunakan latihan kognitif dan strategi, termasuk berolahraga untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat kemandirian pasien dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Pada tahap awal penyakit parkinson, ketika gejalanya belum begitu berat, fisioterapis berperan dalam mempromosikan / mengenalkan keterlibatan penderita parkinson dalam program latihan, dimana program latihan ini memanfaatkan waktu luang penderita parkinson yang bertujuan meningkatkan kebugaran dan inklusi dalam kegiatan dalam komunitas bersosial. Ketika gejalanya berkembang, pasien diajari strategi gerakan untuk mengatasi kesulitan dalam menghasilkan gerakan dan berpikir.
Ini termasuk salah satu keahlian fisioterapi khususnya para fisioterapis yang berkecimpung,dan tentunya fokus, berpengalaman, juga memiliki keahlian dalam memeriksa gangguan gerak dan fungsi, juga menangani kasus/kondisi gangguan saraf/neurologi yang tergabung dalam Perhimpunan Fisioterapi Neurologi Indonesia (PFNI) dalam memeriksa dan menangani,mengembangkan strategi untuk mengkompensasi hilangnya fungsi akibat penyakit parkinson (parkinson disease).
Berdasarkan literatur penelitian yang ada, dampak keberadaan fisioterapi untuk penyakit parkinson, jelas bahwa berbagai pendekatan yang digunakan oleh fisioterapi bermanfaat dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Selain itu, ada beberapa pendekatan melalui gerakan yang digunakan oleh fisioterapis yang memiliki manfaat jangka pendek (contoh DNS “Dynamic Neuromuscular Stabilization”, Bobath Concept, PNF “Propioceptif Neuromuscular Fascilitation”, Feldenkraiz dll). Telah ditemukan bahwa latihan berbasis aerobik dan pembelajaran paling cocok untuk individu yang menderita Penyakit Parkinson (Parkinson Disease). Latihan-latihan maupun konsep-konsep pendekatan gisioterapi ini secara khusus bermanfaat sebagai “neuroprotective” pada lansia yang terkena parkinson.
FISIOTERAPI BEKASI - “Bali International Convention Center dipilih sebagai lokasi, karena tempat ini sudah sering dijadikan sebagai lokasi diselenggarakannya acara-acara bertaraf internasional, mulai dari pertemuan pemimpin dunia sampai Miss World. Sehingga hal ini menjadi jaminan keamanan bagi para pengunjung,”
Menyelenggarakan acara bertaraf internasional tentu bukan hal yang mudah. Hal ini juga dirasakan oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) yang menggelar event Intenational Conference Indonesian Physiotherapy Association (ICIPA), di Bali International Convention Center, 14-16 Agustus 2018. Acara ini diikutsertakan oleh para praktisi fisioterapi dari dalam dan luar negeri, juga mengundang para pembicara berkelas internasional.
Sayangnya, berbagai isu keamanan kerap kali membuat wisatawan mancanegara merasa ragu untuk singgah ke Indonesia. Ditambah lagi dengan bencana gempa yang melanda Lombok beberapa waktu lalu, yang getarannya terasa hingga ke Bali. Untuk masalah ini, pihak IFI tidak mau main-main.
“Bali International Convention Center dipilih sebagai lokasi, karena tempat ini sudah sering dijadikan sebagai lokasi diselenggarakannya acara-acara bertaraf internasional, mulai dari pertemuan pemimpin dunia sampai Miss World. Sehingga hal ini menjadi jaminan keamanan bagi para pengunjung,” ungkap Muhammad Irfan selaku Sekretariat Jenderal IFI.
Irfan menambahkan, mengadakan acara berkelas dunia memang perlu mengutamakan faktor keamanan agar para pengunjung juga tetap mearasa nyaman saat menikmati berbagai rangkaian acara. “Seperti saat kemarin ada gempa, lalu orang-orang akan bertanya, bagaimana kondisinya di Bali? Kami ingin mereka memahami bahwa tempat ini sangat high security bagi mereka,” sambung Irfan.
Tahun ini menjadi kali keempat digelarnya perhelatan ICIPA 2018 yang menjadi ajang pertemuan para fisioterapis dari Indonesia dan luar negeri. ICIPA 2018 diisi dengan tiga agenda utama, yakni konferensi, workshop, dan pameran teknologi terkini. Dalam agenda konferensi, ICIPA tahun ini membahas sejumlah topik menarik seputar ilmu fisioterapi dan perkembangan teknologi mutakhir. Para audiens tidak hanya dapat mendengarkan pemaparan dari para pembicara, tetapi juga turut serta dalam sesi interaktif bersama para profesional papan atas.
Sedangkan untuk agenda workshop terdapat tiga topik yang dapat diikuti para peserta, yakni “Exercise for Elderly with Mild Dementia” yang dibawakan Prof. Marco Pang, Ph.D., PT; “Integrated Manual Therapy in Thoracic Spine” oleh Vaidas Stalioraitis, FACP, B.Sc., GEM, M.Sc., MCTA; dan “Ultrasound Imaging Technology in Physical Therapy” oleh Prof. Wan-Hee Lee. Sedangkan untuk eksibisi, menghadirkan pameran Physiotherapy Health Industrial and Education Expo ( IFEX ) yang diselenggarakan di Bali Nusa Dua Convention Center area Pecatu Hall 1-2 dan Pre-Function.
FISIOTERAPI BEKASI - Persoalan yang dihadapi para pasien fisioterapi yang terkena dampak peraturan baru BPJS Kesehatan rupanya telah lama diupayakan untuk mencari jalan keluarnya. Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) beberapa kali melakukan audiensi dengan sejumlah pihak, namun selalu menemui jalan buntu.
FISIOTERAPI BEKASI - Pandemi COVID-19 yang melanda dunia mempengaruhi begitu banyak aspek kehidupan manusia dan bagaimana menjalaninya. Dampak paling langsung adalah sektor kesehatan, tak terkecuali fisioterapi.
Di Indonesia, laju penyebaran COVID-19 masih menjadi tantangan berat , terutama bagi tenaga kesehatan. Banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar -baik yang berstatus ODP, PDP, terkonfirmasi positif maupun yang meninggal dunia. Kewaspadaan dalam bekerja dan ketersediaan APD merupakan hal krusial.
Merespon perkembangan ini PP IFI mengeluarkan Surat Edaran kepada seluruh direktur dan pimpinan fasilitas layanan kesehatan se Indonesia.
Paska terbitnya surat tersebut, Infokom PP IFI mengadakan wawancara daring dengan Ketua Umum PP IFI M Ali Imron untuk memperbincangkan situasi yang dihadapi fisioterapi saat ini.
Mari kita simak,
Kemarin PP IFI sudah mengeluarkan Surat Edaran untuk direktur RS dan pimpinan fasyankes se Indonesia, apa harapannya setelah ini ?
Tujuan surat edaran itu sesungguhnya adalah justru agar pelayanan fisioterapi tetap dilaksanakan tetapi dalam kondisi yang sangat aman baik bagi fisioterapis maupun bagi pasien.
Ingat bahwa yang ada di rumah sakit hari ini bukan hanya yang terpapar COVID-19. Tapi juga ada pasien-pasien lain dimana pelayanan fisioterapi menjadi kebutuhan utama.
Sempat ada pertanyaan dari beberapa anggota terkait pelarangan penggunaan elektroterapi, apakah ada rasionalisasi terkait hal tersebut ?
OK! Di poin ini, sebenarnya saya hanya ingin fisioterapis Indonesia patuh saja. Sami'na wa atho'na. Tidak mungkin pengurus membuat keputusan tanpa alasan ilmiah.
Namun begitu, jawaban yang paling sederhana adalah, dalam manejemen resiko prisipnya adalah menghindari keburukan lebih utama dibanding mengambil manfaat.
Apalagi dalam konteks modalitas itu bisa di gantikan dengan modalitas lain yang lebih aman dan secara evidence justru lebih baik.
Saya rasa tidak hanya fisioterapi, tapi hampir semua pelayan kesehatan mengalami penurunan.
Pandemi COVID-19 ini memang akan membawa kita pada cara cara baru dalam nenjalani kehidupan. Bertahun-tahun kita bekerja dengan leluasa dan tiba-tiba kita menjadi begitu khawatir hanya misalnya penghasilan menurun selama 3 bulan. Tentu ini sebua manejemen yang salah.
By the way, pandemi ini juga menawarkan peluang baru buat fisioterapis terutama dengan munculnya tele-fisioterapi misalnya. Tele-fisioterapi ini bisa berbasis rumah sakit ataupun berbasis praktik mandiri.
Tele-fisioterapi adalah hal baru bagi kita, mungkin bagi kebanyakan fisioterapis, ini barang baru yang perlu dipelajari bagaimana menjalankannya. IFI berencana memfasilitasi seminar online membahas peluang tele-fisioterapi di masa pandemi ini?
Ya pasti! cara-cara baru harus menjadi concern kita hari ini. Profesi apapun kita.
Terakhir, adakah pesan Bapak untuk fisioterapi Indonesia?
Fisioterapis Indonesia harus menjadikan pandemi kali ini sebagai hikmah, minimal dalam empat hal :
Pertama, munculnya kesadaran, bahwa otonomi profesi itu nyata dan harus terimplementasikan. Hal ini tidak bisa di tawar . Otonomi bukan hanya bahan kuliah yang bersifat imaginer.
Kedua, bahwa fisioterapi itu karakteristiknya khusus/ unik, maka dia berperan pada gangguan kesehatan dengan sifat khusus pula.
Ketiga, fisioterapi Indonesia harus menggiatkan forum ilmiah dan penelitian. Tidak bisa tidak. Kalau tidak maka fisio akan tenggelam.
Ke empat, management resiko harus menjadi kredo baru bagi fisioterapi Indonesia. Keselamatan adalan inti dari gerak dan fungsi tubuh.
FISIOTERAPI BEKASI - Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang perlu kita waspadai. Pada tahun 2012 hipertensi mendapat predikat penyakit pembunuh nomor satu di dunia.Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk memompa darah dari jantung melalui arteri. Dan, hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah meninggi. Tekanan darah yang terlalu tinggi inilah yang kemudian akan mengganggu sirkulasi darah, serta menimbulkan penyakit lain, salah satunya penyakit jantung.
Berbagai upaya dilakukan oleh lembaga dan profesi kesehatan untuk mencegah terjadinya hipertensi dan menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh hipertensi. Dokter dan apoteker menyarankan minum obat secara teratur, ahli gizi menganjurkan pengaturan maknan dan diet sehat, sedangkan fisioterapis mengajurkan aktif bergerak dan berolah raga.
FISIOTERAPI BEKASI - Inilah dunia dan kita semua sekarang sedang ada di dunia , ini kalimat pembuka yang sebenarnya tidak penting dan tujuannya hanya mengingatkan , siapa tahu kita semua lupa.
Permenkes 80 dianggap sebagai ancaman yang menakutkan, perubahan fisioterapi pada level profesi diaggap imajiner dan orang orang yang memperjuangkannya adalah penghayal . Hari ini Alhamdulilah fenomena terbalik terjadi, permenkes 80 tak lagi menjadi ancaman dan sudah menjadi peluang.
Saya sesungguhnya kurang suka menggunakan kata “eforia” sebab dalam benak saya eforia berkonotasi kegembiraan berlebihan yang dilakukan oleh orang orang yang tak mengerti dan tak mau belajar mengerti. Misalnya setelah dalam bidang politik kata eforia lebih sering digunakan. Setelah tergulingnya orde baru maka masyarakat berbondong bondong bikin partai politik hingga muncullah puluhan partai politik bak jamur dimusim hujan. Dan hari ini puluhan partai itupun berguguran. Sebab pendiri partai itu tak paham apa yang mereka lakukan. Inilah makna eforia itu yang tidak saya sukai.
Teruntuk seluruh kolega yang melanjutkan pendidikan mari kita “bertakbir” memuliakan Tuhan bahwa perkembangan profesi ini adalah bagian dari skeario -Nya dalam memuliakan kita. Mensyukurinya menjadi wajib . Caranya dijalankan dengan “ihsan”.
Kata Fana saya gunakan sebagai penutup . Para ahli sufi menggunakan kata fana yang berarti lenyap, hancur dan hilangya (suatu keburukan) dan datangnya atau munculnya sifat “baqa“ kekekalan sifat-sifat terpuji. Maka pendidikan profesi adalah munculnya kebaikan.
FISIOTERAPI BEKASI - Akhir akhir ini saya menangkap ada dua kelompok yang saling kontradiktif dalam perkembangan Fisioterapi di Indonesi. Dua kelompok itu adalah kelompok yg galau bercampur ragu sementara kelompok lainnya adalah kelompok optimistik bercampur dengan gairah yg menyala. Satu kelompok memilih aksi dan kelompok lainnya memilih berdiskusi. Tanpa harus mempertentangkan siapa yang lebih kuat dan lebih baik, saya melihat meminjam istilah socrates (450 SM)sebagai proses dialektika. Sebuah konstruksi pemikiran yang dinamis , sebuah kontinuitas yang saling mengisi dalam konsep tesis anti tesis dan sintesis.
1. Tantangan Ilmiah
2. Tantangan Perusahaan Asuransi.
FISIOTERAPI BEKASI - Dua puluh enam tahun membangun rumah dalam akal dan hati dengan bahan bangunan yang bernama fisioterapi epistemologis dan fisioterapi aksiologis, tak pernah menghentikan kalimat tanya yg selalu muncul. Satu pertanyaan awal terjawab ,maka segera muncul pertanyaan baru yang sering kali makin dalam dan radikal.
FISIOTERAPI BEKASI - “Tindakan menyelamatkan diri itu hakikatnya merupakan salah satu bentuk menjaga agama (Hifzh ad din)” -DR Said Ramadhan AL Buthy
Hari hari terakhir ini kita (fisioterapis) dihadapkan kepada sebuah posisi dilematis. Fisioterapi sebagai salah satu profesi yang personal contact dengan pasien pada tingkat yang sangat intens, gegara COVID-19 ini harus benar-benar menjaga jarak.
Sebagai organisasi induk tempat bernaung fisioterapis Indonesia, Ikatan Fisioterapi Indonesia telah mengeluarkan himbauan/seruan untuk melindungi seluruh anggotanya dari resiko tertular atau menularkan COVID-19. Seruan yang mengusik 'kebiasaan' sebagian besar anggota.
Betapa tidak, biasanya kita harus full kontak untuk mengarahkan setiap gerakan agar sesuai arah yang seharusnya, biasanya harus palpasi untuk memastikan otot atau jaringan apa yang bermasalah, biasanya harus menggerakkan sendi untuk mengukur ROM dan merasakan endfell gerakan, biasanya harus hands-on / kontak langsung untuk melakukan intervensi dan evaluasi, sekarang harus memenuhi protokol physical distancing dan minimize contact.
Hari-hari ini menjadi hari yang membuat jiwa “fisioterapi” kita terusik. Jiwa untuk memberikan totalitas kontak dalam menjalankan pelayanan.
Mengapa IFI mengeluarakan edaran dan seruan ini?
Pertama surat edaran ini ditujukan kepada direktur rumah sakit atau pimpinan fasilitas layanan kesehatan untuk menjadi perhatian karena selama ini fisioterapi belum mendapat perhatian penuh dalam hal alat pelindung diri ( APD).
Kedua, surat edaran merupakan kewajiban PP IFI sebagai organisasi dalam melindungi anggotanya. Kenapa TENS, US, ESWT termasuk dilarang? karena itu memungkinkan kontak langsung.
Dari data yang dimiliki PP IFI, anggota IFI yang terkonfirmasi positif COVID-19 ternyata bukan karena menangani langsung pasien COVID-19, tetapi mendapat paparan dari pelayanan rawat jalan dan rawat inap oleh pasien tanpa gejala ( OTG )
Sementara itu, fungsi US, TENS dan ESWT bisa diganti dengan modalitas lain yang justru terbukti kuat secara evidence. Dalam kaidah kegawat daruratan maka menyelamatkan diri lebih utama untuk selanjutnya baru bisa membantu menolong orang lain. Prinsipnya mencegah mudhorot lebih kita ambil daripada mengambil manfaat.
Apakah manfaat US TENS ESWT ? Lalu untuk mendapatkan manfaat tersebut apakah fisio tidak bisa menggunakan modalitas yang lain? Sebagai movement and exercise expert, sangat bisa !
Semoga seluruh anggota Fisioterapi dan keluarga diberikan kesehatan keselamatan sehingga masih bisa terus memberikan pelayanan kepada masyarakat.
" Karena Anda adalah asset profesi dan Anda adalah asset bangsa".